Minggu, 28 September 2014

Karena sebelum sejauh matahari, kau pernah sedekat nadi.




“The greatest distance on earth is not north to south. It’s when I’m in front of you and you don’t know that I love you”

Di tempat ternyaman ini aku mulai menulis sambil mencoba membuka ingatanku.
Aku mencoba meraih kata demi kata
Hanya agar rindu di balik penyesalan itu bisa terpenuhi

Ku sebut dia Z.
Hi Z,
Boleh aku memohon untuk kamu temani? Kali ini saja.
Aku berharap kita bisa sama-sama mengingat kembali semuanya.

Banyak yang bilang hubungan baik antara seorang wanita dengan seorang pria takkan pernah bisa jadi sahabat yang tulus tanpa setitik perasaan pun, karena pada kodratnya cinta selalu hadir karena terbiasa.
Mereka bilang dia itu salah satu dari sekian banyak koleksi pria dingin yang semesta miliki
Kata beberapa wanita di luar sana.
Dia sering tak menghargai perasaan tulus mereka
Dia dingin, sangat sangat dingin.
Dia sombong dengan apa yang dia miliki
Dia punya emosi yang terkadang melebihi ambang batas.

Tapi kata ku…..
Dia itu salah satu koleksi pria setia milik semesta.
Dia romantis,
Dia punya jiwa sebagai sayap pelindung.
Dia itu satu dari pria yang akhirnya buat aku merasa tolol pernah menyia-nyiakannya.

Kami teman, kami sahabat.
Kami banyak melalui denting jam bersama.
Tepatnya berdua.

Aku cukup paham,
Perhatian pria kepada seorang wanita itu hal lumrah
Biasa dan sungguh biasa saja
Wajar jika teman seperti dia,
Menanyakan kabarku setiap saat, sekedar memperhatikan pola makan,
Mengajariku tugas tugas yang tak kupahami.

Aku ingat persis saat itu,
Saat aku berada dalam keadaan terpuruk di hidupku.
Dan dia menjelma seperti sandaran ternyaman yang di titipkan Tuhan untukku.
Perhatiannya lebih.
Dia peduli dan lebih dari peduli.

Selama denting waktu yang kulalui
Hingga di detik aku menulis ini
Dia masih satu-satunya pria yang di kenal baik oleh pria yang darah dagingnya mengalir di tubuhku.
Dia teman priaku yang dahinya pernah menyentuh tangannya.
Sebelumnya aku tak pernah di izinkan menjalin hubungan sedekat ini.
Tapi di luar dugaanku
Dia mendapat sambutan baik
Dia seperti pria yang di beri kepercayaan bersama gadis kecil milik ayahku.

Pertama kali,
Aku terpaksa memohon nya menjeputku,
Karena suatu tuntutan organisasi yang mengharuskanku pergi lebih awal.

Dan aku ingat dia rela menempuh jarak jauh dari rumahnya hanya untuk member sebuah benda yang tidak darurat sifatnya. Aku sempat tertegun.
Banyak sekali daftar hal indah yang kami lalui bersama.
Kami pernah berada di bawah hujan yang sama, menerjang malam dengan pekatnya gelap di jalanan licin akibat derasnya hujan yang turun.

Harusnya kamu merasakan dingin yang sama.
Aku merasa paling jahat, dia membiarkanku hangat di balut jaketnya,
Dia menegakkan punggungnya sebagai tempatku tunduk dan terhindar dari rintik hujan.
Sementara dia hanya mengenakan T-Shirt dan membiarkan hujan membuat tubuhnya basah kuyup.

Kami pulang larut malam.
Aku tau dia khawatir ayahku akan berkacah pinggang
Jika tau gadisnya ini pulang larut.
Jadi terpaksa kami harus tak perduli dengan hujan kala itu
Di tengah perjalanan, aku membaca isyarat tubuhnya yang menggigil kedinginan. Aku sedikit berteriak karna suara hujan tidak lebih pelan dari suaraku.
“Z, kamu gapapa? Kita bisa berteduh dulu, ayahku gak akan marah. Aku tau kamu kedinginan”
“Gak apapa aku udah biasa, aku Cuma butuh ranselku di taruh kedepan tubuhku biar sedikit hangat”
“Oh yaudah aku bantu memindahkannya”
“Makasih ya, kamu boleh memegang T-Shirt aku sebagai ganti ransel tadi”
“Haha oke”

Kenangan selanjutnya.
Dia pernah ikut berkelakar dengan aku dan sahabatku.
Kami dinner.
Lalu kami bercanda di beranda rumahku seraya main kartu hingga kami lupa itu sudah tengam malam.
Dia pulang dengan wajah seperti tentara di medan perang,
Bedanya wajahnya di coret dengan bedak.


Ingatanku selalu penuh dengan kejadian-kejadian manis dan pahit yang kami laluin.
Aku tak tau apa namanya perasaan ini.
Yang aku tau, aku tak boleh meneruskan perasaaan ini.

Hey!  Tuan yang sempat jadi sebab tawa di balik tangisku.
Yang pernah menggenggam erat tangan ini dan meyakinkanku semua kan baik baik saja
Hey! Tuan  yang sulit untuk ku lupakan
Yang membuatku tau apa itu sesal setelah menyianyiakan
Hey! Yang pernah jadi sayap pelindungku.
Semoga kau selalu di berkati kebahagiaan.

Hey, Kamu apa kabar? Masihkah sesekali momen kita kamu kenang?

Yang merindukanmu. 

0 komentar:

Posting Komentar